Upacara Kematian

Menurut tradisi Betawi, Upacara Kematian atau ngurus mayit dilakukan dari perawatan sampai penguburan dan disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Setelah dimandikan, dikafani, disalatkan, jenazah dikebumikan di pekuburan yang dilakukan oleh kaum pria. Kaum wanita tinggal di rumah dan mempersiapkan sedekahan untuk acara tahlil yang diadakan pada malam pertama sampai dengan malam ketujuh, dan dilanjutkan pada malam keempat puluh.

Orang yang biasa menangani persoalan kematian (yang memandikan, membersihkan jenazah, menggali kubur, merawat kain kafan, membumbu, kurung batang, yang mengundang) dibantu oleh masyarakat sekitar yang sudah memahami apa yang harus dikerjakan sesuai dengan urutannya. Mulai dari menyiapkan baskom sholawat, sampai kepada proses turun tangan (penguburan) dilakukan dengan gotong royong.

Kegotongroyongan ini masih terus dapat dilihat sampai pada malam kelimabelas, karena sepanjang hari-hari itu masyarakat sekitar atau tetangga memberikan bantuan moril dan materil kepada sohibul musibah. Dengan kata lain upacara kematian dalam kehidupan masyarakat Betawi merupakan simbol kegotongroyongan.