Trem

Kendaraan ini sudah ada di Batavia (nama Jakarta kala itu) sejak pertengahan 1800 hingga 1900-an. Mulanya Trem dikendarai oleh kuda yang mampu mengangkut 40 orang pada 1869.

Seiring perkembangan teknologi, keberadaan Trem Kuda lantas digantikan dengan Trem Uap yang muncul sekitar 1881. Lokomotif yang dijalankan dengan ketel uap menggantikan keberadaan kuda yang menarik Trem sehingga memiliki rute yang lebih panjang.

Kala itu Trem Uap melintas dari Pasar Ikan sampai Jatinegara. Pasar Baru, Gunung Sahari, Kramat, Salemba, dan Matraman. Kemudian sekitar tahun 1900 an, teknologi tenaga listrik ditemukan sehingga meminggirkan Trem Uap dan menggantikannya dengan Trem Listrik.

Pada 1950-an ada sekitar 5 lin (dari bahasa belanda ‘lijn’ yang berarti lintasan) di Jakarta. Lin-lin itu antara lain melintasi Kampung Melayu, Jalan Cut Mutia, Jalan Tanah Abang Raya (sekarang Jalan Abdul Muis), Harmoni, dan Pasar Ikan.

Operasi Trem ini kemudian dihentikan pada 1959. Tidak jelas mengapa pengoperasian alat transportasi ini dihentikan. Diduga Trem sulit dioperasikan atau karena tidak ada dana untuk merawat dan meremajakannya.