Upacara Adat Betawi (Gabung)

[Foto]

Masyarakat Betawi mempunyai ciri yang kuat dalam memegang adat istiadat dan ajaran agamanya. Ada beberapa upacara  adat masyarakat Betawi yang sampai sekarang masih dilakukan. Pada umumnya upacara adat tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu upacara adat yang menyangkut perjalanan hidup dan upacara yang menyangkut kemasyarakatan atau lingkungannya.

Kita bicarakan dulu mengenai upacara adat yang menyangkut perjalanan hidup ya, silahkan disimak!

 

Upacara Masa Kehamilan/Nuju Bulanan

[Foto]

Bagi masyarakat Betawi pada umumnya kita mengenal upacara nuju bulanan (nujuh bulanan). Upacara ini dimaksudkan untuk mendapatkan rasa aman, mensyukuri nikmat Tuhan dan memohon untuk mendapatkan berkat dari Yang Maha Kuasa serta memberitahukan akan ada anggota keluarga baru yang ada di tengah-tengah mereka.

Selain itu upacara ini juga mengandung harapan agar anak yang sedang dikandung akan lahir dengan selamat.

Ada beberapa keharusan dan pantangan yang senantiasa harus diingat dalam memelihara kehamilan. Perempuan hamil harus senantiasa berzikir (memuji keesaan Allah) dan sesering mungkin membaca shalawat dan membaca Al-Qur’an khususnya surat Yusuf. Sedangkan pantangannya antara lain jangan membunuh binatang, jangan menghina fisik orang lain, dan jangan membicarakan keburukan orang atau hal-hal buruk lainnya. Ia juga dilarang makan daging ayam yang kena sakit sampar, ikan yang berenangnya miring, daging babi, pisang ambon, nanas, nangka dan isi perut binatang ternak. Kalau pantangan itu dilanggar tanpa disadari akan berakibat buruk bagi anak yang dilahirkan. Bisa saja si anak akan cacat secara fisik. Sedangkan pantangan memakan daging ayam, ikan dan daging bagi ibu hamil seperti disebut di atas agar anak yang dilahirkan tidak kena penyakit ayan (epilepsi). Banyak ditemui kejadian yang berkenaan dengan kasus itu.

Tahap kehamilan selanjutnya adalah nuju bulan. Tanggal pelaksanaannya biasanya antara tanggal 7, 17, atau 27 dari bulan hijriyah. Orang Betawi biasanya memilih tanggal 7 atau 17, karena tanggal 27 dianggap sudah masuk bulan ke delapan.  Upacara nuju bulan dilakukan tiga tahap yaitu selametan (tahlilan) dengan membaca surah Yusuf di dalam ruangan, mandi air kembang di kamar mandi, dan ngirag di kamar tidur. Ngirag di daerah lain disebut juga gedog. Dapat pula dilakukan sebaliknya, mulai dari ngirag dan seterusnya.

 

Upacara Sekitar Kehamilan / Akeka (Hakekah)

[Foto]

Akeka adalah upacara selamatan pemberian nama dan cukur rambut bayi. Pada upacara itu dipotong kambing, satu ekor untuk bayi perempuan dan dua ekor untuk bayi laki-laki.

Hasil seluruh rambut yang dipotong atau dicukur dikumpulkan kemudian ditimbang dengan ukuran gram. Jumlah timbangan misalnya 5 gram, maka ayah si bayi (si bayi sekarang sudah diberi nama, misalnya namanya Muhammad Arief, akan membeli emas sebanyak 5 gram. Jumlah uang untuk membeli emas yang 5 gram emas itu akan disumbangkan kepada anak yatim – piatu dan fakir miskin.

Upacara ini biasanya dilakukan setelah bayi puput pusar. Pada masyarakat Betawi salah satu upacara ini juga melakukan kerik tangan, dengan maksud serah terima tugas antara perawat bayi kepada ibunya atau dukun bayi kepada keluarganya.

Upacara tersebut dimulai dengan pembacaan shalawat dan dilanjutkan dengan pencucian tangan perawat atau emak dukun yang diikuti oleh ibu si bayi. Selanjutnya diambilah uang logam dari dalam air dan mengerik-ngerik tangan wanita yang baru melahirkan tersebut sampai pembacaan shalawat ketujuh selesai.

Kemudian keduanya mengeringkan tangan dengan handuk dan saling membedaki. Upacara tersebut diakhiri dengan acara makan bersama. Pada waktu si emak dukun akan pulang ia akan dibekali dengan uang kobobok (uang yang berada dalam tempat air) dan makanan yang sama dengan sajen nuju bulanan.

 

Sunatan

[Foto]

Anak laki-laki yang akan beranjak dewasa diwajibkan untuk bersunat. Sunat bagi orang Betawi adalah upacara memotong ujung penis anak lelaki dalam ukuran tertentu. Menurut ajaran agama Islam, bila anak lelaki memasuki akil balig ia harus segera dikhitan atau disunat.

Sehari sebelum hari H (hari pelaksanaan sunat) biasanya si anak yang disebut juga pengantin sunat akan dirias  dengan pakaian penganten sunat. Tahap pertama mengarak penganten sunat dengan mengelilingi kampung dengan urutan pembuka jalan, pengantin sunat akan mengendarai kuda atau juga tandu yang diiringi oleh barisan rebana dan pencak silat. Acara arakan ini dilakukan pada sore hari. Tujuannya untuk memberi hiburan atau memberi kegembiraan serta semangat kepada si anak bahwa besok dia akan dapat pengalaman baru, yaitu pengalaman sunat. Pada event ini pelengkap dan pendukung acaranya antara lain : 1. Pakaian penganten sunat lengkap (sebenarnya jenisnya sama dengan jenis baju kebesaran penganten care haji). 2. Pembaca shalawat dustur. 3. Grup rebana ketimpring sebagai tukang ngarak dan membaca shalawat badar. 4. Kuda hias. 5. Delman hias. 6. Grup ondel-ondel.

Pagi-pagi si anak yang akan disunat dimandikan dan direndam air beberapa saat. Baru kemudian ia disunat oleh bengkong, sekarang dokter. Tahap terakhir adalah selamatan. Bagi keluarga yang mampu biasanya acara selamatan ini dilengkapi dengan hiburan masyarakat.

 

Upacara Perkawinan/Menikah

[Foto]

Pada umumnya masyarakat Betawi menikah dengan orang yang masih mempunyai hubungan keluarga. Pada sebagian masyarakatnya jika menikah dengan orang luar akan menimbulkan malapetaka. Seiring perkembangan zaman kebiasaan tersebut sudah mulai terkikis.

Tradisi Betawi mengenal cara yang bertingkat-tingkat untuk sampai pada tahap berumah tangga. Tahap-tahap itu pada saat ini memang jarang atau tidak lagi dilakukan, karena berbagai halangan. Tahap-tahap tersebut adalah :

  1. Ngedelengin, mencari calon menantu perempuan yang dilakukan oleh Mak Comblang
  2. Ngelamar, pernyataan meminta pihak lelaki kepada pihak perempuan.
  3. Bawa Tande Putus, pernyataan atau kesepakatan kapan pernikahan akan dilaksanakan.
  4. Ngerudat, rombongan keluarga penganten laki-laki menuju rumah penganten perempuan, seraya membawa serah-serahan seperti roti buaya, pesalin, sie, dll.
  5. Akad Nikah, ikrar yang diucapkan oleh penganten laki-laki di hadapan wali penganten perempuan.
  6. Kebesaran, upacara kedua mempelai duduk di puade untuk menerima ucapan selamat dari keluarga dan undangan.
  7. Negor, upaya suami merayu istrinya untuk memulai hidup baru sebagai sebuah keluarga.
  8. Pulang Tige Ari, upacara resepsi pernikahan yang dilakukan di rumah keluarga penganten lelaki.

Adu Silat adalah salah satu adegan yang selalu muncul pada Palang Pintu Perkawinan. Palang Pintu Perkawinan adalah salah satu prosesi yang harus dilalui oleh kedua mempelai menjelang pernikahannya. Upacara pernikahan diawali dengan arak-arakan calon pengantin pria menuju rumah calon istrinya. Dalam arak-arakan itu, selain iringan rebana ketimpring juga diikuti barisan sejumlah seserahan mulai roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur mayur, uang, jajanan khas Betawi, dan pakaian.

Tradisi palang pintu ini merupakan pelengkap saat pengantin pria yang disebut ”tuan raja mude” hendak memasuki rumah pengantin wanita atau ”tuan putri”. Awalnya kedua belah pihak saling bertukar salam. Lama kelamaan situasi memanas karena pihak pengantin perempuan ingin menguji kesaktian dan juga kepandaian pengantin laki-laki dalam berilmu silat dan mengaji. Dengan demikian pasti terjadi baku hantam dan pihak laki-laki pasti menang. Usai memenangkan pertarungan, pengantin perempuan meminta pihak laki-laki untuk memamerkan kebolehannya dalam membaca Alquran.

 

Upacara Kematian

[Foto]

Pada umumnya upacara kematian yang dilakukan oleh masyarakat Betawi dari perawatan sampai penguburannya disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Setelah dimandikan, dikafani, disalatkan, jenazah dikebumikan di pekuburan yang dilakukan oleh kaum pria. Kaum wanitanya tinggal di rumah dan mempersiapkan sedekahan untuk acara tahlil yang diadakan pada pertama sampai dengan malam ketujuh, dan dilanjutkan pada malam keempat puluh.

Tamatan Quran/Khatam Quran

[Foto]

Khatam Qur’an di Betawi sering disebut Tamatan Qur’an. Upacara ini sangat penting bagi orang Betawi  karena ini sebagai pertanda bahwa seseorang yang sudah melaksanakan upacara Tamatan Qur’an dianggap telah menjadi orang yang mengerti ajaran agama Islam. Sebab anak yang didaftarkan ngaji di langgar atau masjid oleh orang tuanya, memang tidak melulu mempelajari atau diajari bagaimana membaca Al-Qur’an dengan baik dan berakhlak.

Penentu bahwa murid sudah layak dikategorikan rampung dan tamat adalah nguru ngajinya sendiri. Karena memang guru ngajilah yang mengajarkan dan mengamati secara intensif. Murid yang dianggap sudah tamat akan dipanggil gurunya dan kepada murid tersebut dikatakan bahwa dia sudah tamat.

Di hari pelaksanaan upacara tamatan. Anak yang disunat udah diriasin dengan memakai pakean gamis putih lengkap dengan topi hajinya. Lalu anak yang khatam diantar keluarganya ke tempat ngajinya. Di tempat ngaji ini anak yang disunat sudah ditunggu Guru Ngajinye, teman-teman ngajinye, dan tukang ngarak (bisa kumpulan rebana ketimpring, atawe nyang semacemnye). Dari tempat ngaji ini diadakan upacara pelepasan untuk diarak sampai ke rumahnya.

 

Bikin dan Pindah Rumah

[Foto]

Membikin atau membangun rumah bagi orang Betawi adalah pekerjaan yang amat penting. Itulah sebabnya dibutuhkan beberapa persyaratan antara lain tersedianya biaya, material bangunan, dan lahan tempat didirikannya bangunan. Selain itu ada syarat yang juga amat penting namun bukan material, yaitu perhitungan yang berporos kepada alam gaib.

Bahan bangunan dari jenis kayu yang sudah tua, antara lain nangka, duren, kecapi, jamblang, cempaka, jengkol, dan sebagainya. Jenis pohon itu memang banyak tumbuh di Betawi. Jenis kayu nangka karena warnanya kuning tidak boleh digunakan membuat drompol (bagian bawah kusen pintu atau bagian bawah lainnya). Jika kayu ini dilangkahi akan mengakibatkan sakit kuning. Kayu nangka utamanya digunakan sebagai tiang guru, dinding rumah, dan pintu panel berukir. Komposisi kayu nangka dan kayu jamblang akan jauh  lebih indah jika diambil bagian paling tengahnya. Jenis kayu cempaka seyogyanya dipakai untuk kusen pintu bagian atas. Ini mempunyai makna tertentu yaitu agar pemilik rumah senantiasa dihormati dan disenangi tetangga. Sedangkan jenis kayu asem pantang digunakan sebagai bahan bangunan. Sifat asem ditafsirkan akan mempengaruhi harmonisasi antara pemilik rumah dengan tetangganya. Dapat terjadi rumah mempunyai kesan kumal, gersang dan tidak berwibawa.

Pindah rumah bagi orang Betawi memiliki arti khusus dan strategis. Rumah bukan hanya berfungsi sebagai tempat berlindung dari gempuran musim yang tidak ramah, namun lebih dari itu ia adalah tempat menyemai benih menciptakan generasi mendatang yang kokoh lahir batin. Itulah sebabnya pinde rume ini kudu disiapin semateng-matengnye dan membutuhkan tersedianya dana serta melibatkan seluruh tetangga, tokoh masyarakat, alim ulama, grup kesenian, dan lain-lain.

Nah itulah upacara yang berkaitan dengan upacara adat yang berhubungan dengan kehidupan. Berikut ini adalah upacara adat yang berkaitan dengan masyarakat atau lingkungan sekitar. Yuk kita simak apa saja!

 

Upacara Baritan atau Bebarit

[Foto]

Upacara ini bertujuan sebagai sarana penyampaian ucapan terima kasih kepada Yang Maha Kuasa atas berkah yang dilimpahkan, terutama yang menyangkut hasil panen.

 

Upacara Mangkeng

[Foto]

Upacara ini dilakukan oleh masyarakat Betawi dengan tujuan untuk mempengaruhi alam, yaitu untuk menolak hujan, khususnya pada saat hajatan perkawinan atau sunatan.

 

Kaulan (Nazar)

[Foto]

Masyarakat Betawi pinggir menyebut nazar dengan kata ngucap dan kaulan.  Nazar, ngucap, kaulan adalah semacam janji yang diniatkan dalam hati dan diucapkan dengan tegas serta dapat didengar oleh orang di sekitarnya. Karena ini merupakan ikrar, maka akan sangat mempengaruhi perjalanan hidup orang yang ngucap selanjutnya. Artinya nazar itu harus dilaksanakan sesuai janji dan manakala tidak dilaksanakan akan berakibat buruk bagi si nazar.

Itulah sebabnya orang Betawi sangat berhati-hati bila ingin ngucap (kaulan, nazar). Karena jika ngucap telah diikrarkan meskipun secara tidak sadar, mau tidak mau harus dilaksanakan ucapan itu.  Kepercayaan atau keyakinannya pada ucapan atau niatan yang dinazarkan itu membuatnya seperti dibayang-bayangi beban atau hutang sehingga keadaan itu membuat hidupnya tidak tenang.

 

Lebaran

[Foto]

Lebaran adalah salah satu puncak kegembiraan setelah menjalankan masa bakti dan ketakwaaan. Untuk sampai  pada tahap lebaran masih beberapa tahap lagi yang harus dilalui dengan baik dan benar. Tahap itu adalah mengerjakan ibadah puasa Ramadhan dan membayar zakat fitrah. Orang Betawi mengenal paling sedikit tiga macam lebaran, yaitu lebaran Idul Fitri, lebaran aji yaitu lebaran bulan haji tanggal 10, 11, dan 12 bulan Dzul Hijjah dan memotong hewan kurban berupa kambing, sapi, atau kerbau yang dagingnya didistribusikan kepada fakir-miskin.

Lebaran anak yatim yaitu lebaran khusus untuk membahagiakan anak yatim-piatu. Lebaran ini dilaksanakan tanggal 10 Muharram tahun baru Islam. Pagi-pagi anak-anak yatim sudah dikumpulkan. Terlebih dahulu diadakan zikir-tahlil dan membacakan doa bagi orang tua yang telah meninggal. Setelah itu mereka dihibur, diberi makan lezat dan berkat; diberi hadiah-hadiah (pakaian, alat tulis, tas sekolah) dan uang.