Rumah Tradisional Betawi

Seperti beberapa suku yang ada di Tanah Air, anda pasti penasaran dengan beberapa keunikan rumah tradisional dari masing-masing daerah? Apalagi dengan berbagai macam cerita yang berada di dalamnya. Begitupun dengan suku Betawi. Suku asli dari Jakarta ini juga punya beberapa rumah tradisional.

Bahkan jika kita telusuri di beberapa kota Jakarta yang semuanya cenderung sudah berubah ke arah modern, ternyata masih ada sebagian orang yang masih mempertahankan keunikan rumah tradisional ini menjadi hunian tetap mereka.

Jika dilihat dari bentuknya, ada tiga jenis Rumah Tradisional Betawi, yaitu; Rumah Kebaya atau Rumah Bapang,  Rumah Gudang, dan Rumah Joglo. Berikut deskripsi dari masing-masing rumah tradisional Betawi:

 

Rumah Kebaya atau Rumah Bapang

Rumah Kebaya adalah nama rumah adat Betawi yang memiliki ciri khas atap yang menyerupai pelana yang dilipat, dan jika dilihat dari arah samping maka lipatan-lipatan tersebut tampak seperti lipatan kebaya. Itulah yang menjadi asal-usul rumah adat Betawi – kenapa diberi nama dengan Rumah Kebaya.

Rumah adat suku Betawi memiliki nilai filosofis, sebagaimana namanya yaitu Kebaya karena konstruksi bangunannya memang seperti kebaya. Jika dilihat dari samping, akan nampak bangungan ini seperti lipatan kebaya. Ditambah lagi, kebaya memang termasuk kain tradisional Betawi yang hingga kini masih digunakan terutama di upacara-upacara adat.

Ciri lain dari rumah Kebaya adalah teras yang luas yang berguna untuk menjamu tamu dan menjadi tempat bersantainya keluarga. Tempo dulu, masyarakat Betawi suka membuat sumur di depan rumahnya dan pemakaman yang berada di samping rumah. Serta dinding rumah yang terbuat dari panel-panel yang dapat dibuka dan digeser-geser ke tepinya. Hal ini dimaksudkan agar rumah terasa lebih luas.

Sekilas bentuk Rumah Kebaya memang mirip dengan Rumah Joglo. Namun, jika dilihat secara saksama, keduanya sangat berbeda. Salah satu perbedaannya terlihat dari atap rumah. Rumah Joglo atapnya tidak menyerupai pelana layaknya lipatan, tetapi menyerupai perahu terbalik.

 

Rumah Gudang

Rumah ini berbentuk empat persegi panjang. Sementara itu, Rumah Gudang merupakan salah satu tipe rumah Betawi yang umumnya ditemukan di daerah pedalaman, terutama pada zaman dulu. Ciri khas rumah Betawi tipe Gudang ini adalah denah berbentuk segiempat yang memanjang ke belakang. Atapnya berbentuk pelana dengan struktur yang tersusun dari kerangka kuda-kuda. Selain itu, atap rumah Betawi tipe Gudang juga memiliki perisai yang ditambahkan jurai.

Meski hanya Rumah Kebaya yang tercatat sebagai rumah adat resmi suku Betawi, tidak salahnya kita juga mengenal Rumah Gudang yang juga merupakan rumah adat Betawi. Rumah adat ini nampaknya masih asli dan belum terpengaruh oleh budaya luar. Di samping itu, rumah ini juga berada di daerah terpencil sehingga agak sulit diinfiltrasi oleh budaya luar.

Rumah Gudang memiliki bentuk persegi panjang dengan ukuran yang bervariatif tergantung situasi dan kondisi di sekitarnya. Atapnya seperti pelana kuda, lalu bagian depannya diberikan atap kecil dengan posisi melandai. Bagian ini sering disebut markis/dak/topi.

 

Rumah  Joglo 

Rumah berbentuk bujur sangkar ini merupakan bentuk rumah yang terinspirasi dari suku jawa. Makanya tidak heran jika rumah ini mirip dengan rumah Joglo Jawa terutama pada atapnya.

Tempo dulu, Joglo dibangun sebagai simbol atau identitas yang menunjukkan status sosial kelas sosial tertentu. Bahan untuk membuat rumah Joglo umumnya didominasi dengan kayu yang berkelas. Joglo pertama mayoritas dimiliki hanya oleh kaum bangsawan pernah digunakan untuk menerima tamu kehormatan dari luar daerah yang membutuhkan area yang luas.

Pada dasarnya Joglo berbentuk bujur sangkar dengan empat pokok tiang di tengah yang disebut saka guru dan menggunakan blandar bersusun yang disebut tumpangsari. Joglo memiliki ciri khas empat pilar utama sebagai penyangga utama rumah, dimana tiang utama ini mewakili arah angin.