Rebana Biang

Disebut Rebana Biang karena salah satu rebananya berbentuk besar. Rebana Biang terdiri dari tiga buah rebana. Yang kecil bergaris tengah 30 cm diberi nama Gendung. Yang berukuran sedang bergaris tengah 60 cm dinamai Kotek. Yang paling besar bergaris tengah 60 – 80 cm dinamai Biang. Karena bentuknya yang besar, Rebana Biang sukar dipegang. Untuk memainkannya para pemain duduk sambil menahan rebana.

Dalam membawakan sebuah lagu, ketiga rebana itu mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Biang berfungsi sebagai gong. Gendung dipukul secara rutin untuk mengisi irama pukulan sela dari Biang. Kotek lebih kepada improvisasi dan pemain Kotek biasanya paling mahir. Semula rebana ini lahir terkait kegiatan tarekat. Lagu-lagunya antara lain Allahu-Ah, Robbuna Salun, Allah Aisa, Allahu Sailillah, Alfasah, Dul Sayiduna, Dul Laila, dan lain-lain.

Setiap grup rebana biang mempunyai perbendaharan lagu berbeda-beda. Meskipun judul lagunya sama namun cara membawakannya cukup berbeda. Lagu Rebana Biang ada dua macam. Pertama berirama cepat, disebut lagu Arab atau lagu nyalun. Kedua berirama lambat, disebut lagu rebana atau lagu Melayu. Jenis lagu pertama antara lain berjudul : Rabbuna Salun, Allahah, Allah Aisa, Allahu Sailillah, Hadro Zikir. Termasuk jenis kedua berjudul : Alfasah, Alaik Soleh, Dul Sayiduna, Dul Laila, Yulaela, Sollu Ala Madinil Iman, Anak Ayam Turun Selosin, Sangrai Kacang, dan lain-lain.

Penamaan lagu Arab dan lagu Melayu tidak berhubungan dengan syair lagunya.  Tetapi pada cepat dan lambatnya irama lagu. Cepat dan lambatnya irama lagu dibutuhkan untuk mengiringi tari. Tari yang diiringi Rebana Biang ialah tari Blenggo.