Becak

Pada sekitar 1950-an Becak merupakan salah satu ‘primadona’ transportasi di Jakarta. Alat transportasi yang menggunakan 100 persen tenaga dari manusia ini mempunyai bentuk yang unik. Di mana penumpangnya berada di depan, sedangkan pengemudinya berada di belakang. Buat yang sudah pernah mencobanya, Becak sangat cocok jika dinikmati sambil melihat suasana Kota Jakarta karena penumpangnya bisa langsung melihat ke depan tanpa dihalangi oleh pengemudinya.

Tapi kalau sekarang jangan harap dapat menikmati pemandangan sambil berbecak. Kebisingan dan beragam bau knalpot di jalan melengkapi polusi udara yang terpapar sehari-hari di jalan raya. Hal ini karena kota Jakarta sudah tidak seperti dahulu lagi. Becak juga kerap dianggap sebagai salah satu biang dari kemacetan di Jakarta.

Seiring semakin padatnya jalan Ibukota dengan kendaraan lain, Becak pun perlahan tersingkir. Karena jalannya yang lamban, Becak dinilai bisa mengganggu lalu lintas perkotaan. Becak kemudian dilarang beroperasi di Jakarta. Alasannya Becak dinilai sebagai alat transportasi yang mengeksploitasi manusia atas manusia.

Sekarang alat transportasi beroda tiga ini hanya dilibatkan dalam festival dan perayaan kota Jakarta saja, misalnya dalam perayaan HUT Kemerdekaan tiap 17 Agustus, Becak dihias dan berpawai keliling Jakarta.